Friday, August 10, 2018

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan

ada dasarnya, proses penurunan mutu / pembusukan pada ikan terjadi sesaat setelah ikan mati. Perubahan – perubahan tersebut terjadi terutama disebabkan oleh : (a) aktivitas enzim; (b) aktivitas kimiawi / adanya oksidasi lemak oleh udara; dan (c) aktivitas mikroorganisme / bakteri.

Enzim yang terdapat dalam tubuh ikan akan merombak / menguraikan organ – organ tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (flavor) bau (odor), rupa (appearance), dan tekstur (texture). Oksigen yang terkandung dalam udara mengoksidasi lemak daging ikan yang mengakibatkan munculnya bau tengik (rancid). 


Perubahan – perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas enzim dan aktivitas kimiawi menyebabkan komponen tubuh ikan menjadi lebih sederhana sehingga dapat memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.

Dalam kenyataannya proses kemunduran mutu ikan berlangsung sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling terkait, dan bekerja secara simultan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan secara cepat, maka harus selalu dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas secara bersamaan.

Perubahan - Perubahan Ikan Setelah Ikan Mati

Hyperaemia


Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar - kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko protein dan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.

Rigor Mortis

Fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati. Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan segar.

Autolysis

Fase ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan menjadi lemas kembali. Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.

Bacterial decomposition (dekomposisi oleh bakteri)

Pada fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat banyak, sebagai akibat fase sebelumnya. Aksi bakteri ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar.
Bakteri menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan dengan fase autolysis. Jenis-jenis bakteri tersebut adalah: Pseudomonas, Proteus Achromobacter, Terratia, dan Elostridium.

Selama ikan masih dalam keadaan segar, bakteri-bakteri tersebut tidak mengganggu. Akan tetapi jika ikan mati, suhu badan ikan menjadi naik, mengakibatkan bakteri-bakteri tersebut segera menyerang. Segera terjadi pengrusakan jaringan-jaringan tubuh ikan, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan komposisi daging yang kemudian mengakibatkan ikan menjadi busuk.

Bagian-bagian tubuh ikan yang sering menjadi target serangan bakteri adalah : Seluruh permukaan tubuh, Isi perut, dan Insang.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan


Ikan yang ditangkap dengan alat trawl, pole, line, dan sebaginya akan lebih baik keadaannya bila dibandingkan dengan yang ditangkap menggunakan gill-net dan long-line. Hal ini dikarenakan pada alat-alat yang pertama, ikan yang tertangkap segera ditarik di atas dek, sedangkan pada alat-alat yang kedua ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan terendam agak lama di dalam air. Kondisi ini menyebabkan keadaan ikan sudah tidak segar sewaktu dinaikkan ke atas dek.

Reaksi Ikan Menghadapi Kematian

Ikan yang dalam hidupnya bergerak cepat, contoh tongkol, tenggiri, cucut, dan lain-lain, biasanya meronta keras bila terkena alat tangkap. Akibatnya banyak kehilangan tenaga, cepat mati, rigor mortis cepat terjadi dan cepat pula berakhir. Kondisi ini menyebabkan ikan cepat membusuk.

Berbeda dengan ikan bawal, ikan jenis ini tidak banyak memberi reaksi terhadap alat tangkap, bahkan kadang-kadang ia masih hidup ketika dinaikkan ke atas dek. Jadi masih mempunyai banyak simpanan tenaga. Akibatnya ikan lama memasuki rigor mortis dan lama pula dalam kondisi ini. Hal ini menyebabkan pembusukan berlangsung lambat.

Kecepatan pembusukan berbeda pada tiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimia ikan. Ikan-ikan yang kecil membusuk lebih cepat dari pada ikan yang lebih besar.

Keadaan Fisik Sebelum Mati

Ikan dengan kondisi fisik lemah, misal ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur lebih cepat membusuk.

Keadaan Cuaca

Keadaan udara yang panas berawan atau hujan, laut yang banyak bergelombang, mempercepat pembusukan.
Penurunan mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan ikan menjadi lembek.

Penyuluh Bantu, Peran Dan Fungsinya Untuk Nelayan

Pada dasarnya penyuluhan perikanan adalah merupakan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kapasitas kemampuan para pelaku utama dan/atau pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan untuk mengorganisasikan dirinya dalam mengembangkan bisnis perikanan untuk meningkatkan  pendapatan dan kesejahteraannya dengan tetap memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup. 

Dalam implementasinya telah ditempuh berbagai kebijakan Penyuluh perikanan yang salah satunya melalui revitalisasi penyuluhan perikanan dengan menata kembali sistem kelembagaan penyuluhan perikanan. Untuk itu diperlukan tenaga penyuluh perikanan mumpuni dalam rangka menggerakan pembangunan bidang kelautan dan perikanan sehingga target indikator kinerja utama dinas yang telah ditentukan dapat tercapai. Maka peranan dari penyuluh Bantu sangat di perlukan.

Keberadaan Penyuluh Perikanan Bantu berkolaborasi dengan Penyuluh Perikanan PNS. Dalam melaksanakan program dan kegiatan Kementrian Kelautan dan Perikanan memberikan arahan dan petunjuk Teknis yang jelas untuk Penyuluh di daerah, maupun melaksanakan program dan kegiatan dinas. 

Masing-masing Penyuluh Perikanan Bantu mendampingi kelompok pelaku utama/usaha perikanan dalam melakukan usahanya baik pemdampingan penerapan teknologi, penguatan kelembagaan, akses pasar dan permodalan.

Seperti Pemerintah Kabupaten Pasuruan saat ini telah mempunyai Petugas Penyuluh Perikanan PNS dan penyuluh Bantu ditempatkan di wilayah sentra-sentra produksi perikanan. Pada tahun 2016 sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 64A/KEPMEN-KP/SJ/2016 tentang Penyuluh Perikanan Bantu Tahun 2016 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan mendapatkan tambahan Petugas Penyuluh Perikanan Bantu dari Badan Pengembangan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan sebanyak 13 Penyuluh bantu terdiri Penyuluh Perikanan Bantu untuk mendampingi program perikanan budidaya sebanyak 4.  program perikanan tangkap 2, program garam rakyat 4, dan program pendamping penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan 3.

Adapun tugas-tugasnya adalah sebagai berikut :
Menyusun information potensi wilayah kerja, berupa : monografi wilayah, tingkat penerapan teknologi, komoditas unggulan spesifikasi lokasi, serta keragaan pelaku utama/usaha dan kelompok perikanan;
Membantu penumbuhan, penguatan, dan pengembangan kelompok perikanan di wilayah kerja;
Menyusun materi penyuluhan perikanan sesuai kebutuhan sasaran penyuluhan;
Membantu meningkatkan kapasitas pelaku utama/usaha perikanan;
Membantu meningkatkan akses pelaku utama/usaha perikanan terhadap informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan;
Membantu mewujudkan usaha perikanan principle possible dan bankable;
Membantu meningkatkan produktifitas dan skala usaha pelaku utama/usaha; dan
Membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama/usaha.



Keberadaan Penyuluh Perikanan Bantu berkolaborasi dengan Penyuluh Perikanan PNS. Dalam melaksanakan program dan kegiatan Kementrian Kelautan dan Perikanan memberikan arahan dan petunjuk Teknis yang jelas untuk Penyuluh di daerah, maupun melaksanakan program dan kegiatan dinas. Masing-masing Penyuluh Perikanan Bantu mendampingi kelompok pelaku utama/usaha perikanan dalam melakukan usahanya baik pemdampingan penerapan teknologi, penguatan kelembagaan, akses pasar dan permodalan.

Kabupaten Pasuruan mempunyai potensi kelautan dan perikanan principle cukup besar, Terdiri perikanan budidaya dengan luas tambak 4515 hektar dan luas Kolam 101 ha, perikanan tangkap dengan panjang pantai 48 ha, jumlah nelayan  8075 KTP dan  perikanan 4030 unit, olahan hasil perikanan. Sejalan dengan potensi tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan kelompok usaha kelautan dan perikanan di Kabupaten Pasuruan cukup pesat, ini menggambarkan bahwa  minat masyarakat untuk terjun ke usaha perikanan cukup besar, oleh karena itu diperlukan tenaga-tenaga penyuluh principle handal dalam rangka pendampingan dan proses penumbuhan kelompok, baik kelompok pembudidaya ikan, kelompok pengolah dan pemasar hasil perikanan, kelompok nelayan, dan kelompok masyarakat pengawas.

Disisi lain perkembangan teknologi di bidang kelautan dan perikanan berjalan cukup pesat sebagai hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, namun informasi teknologi ini kurang cepat diterima oleh pelaku usaha perikanan di daerah. Seharusnya informasi perkembangan teknologi kelautan dan perikanan ini bisa cepat diadopsi. Banyak Juga inovasi Inovasi yang di temukan di dalam blog akan inovasi inovasi perikanan tangkap juga cukup tersedia.