Friday, August 10, 2018

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan

ada dasarnya, proses penurunan mutu / pembusukan pada ikan terjadi sesaat setelah ikan mati. Perubahan – perubahan tersebut terjadi terutama disebabkan oleh : (a) aktivitas enzim; (b) aktivitas kimiawi / adanya oksidasi lemak oleh udara; dan (c) aktivitas mikroorganisme / bakteri.

Enzim yang terdapat dalam tubuh ikan akan merombak / menguraikan organ – organ tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (flavor) bau (odor), rupa (appearance), dan tekstur (texture). Oksigen yang terkandung dalam udara mengoksidasi lemak daging ikan yang mengakibatkan munculnya bau tengik (rancid). 


Perubahan – perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas enzim dan aktivitas kimiawi menyebabkan komponen tubuh ikan menjadi lebih sederhana sehingga dapat memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.

Dalam kenyataannya proses kemunduran mutu ikan berlangsung sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling terkait, dan bekerja secara simultan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan secara cepat, maka harus selalu dihindarkan terjadinya ketiga aktivitas secara bersamaan.

Perubahan - Perubahan Ikan Setelah Ikan Mati

Hyperaemia


Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar - kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko protein dan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.

Rigor Mortis

Fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati. Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan segar.

Autolysis

Fase ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan menjadi lemas kembali. Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.

Bacterial decomposition (dekomposisi oleh bakteri)

Pada fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat banyak, sebagai akibat fase sebelumnya. Aksi bakteri ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar.
Bakteri menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan dengan fase autolysis. Jenis-jenis bakteri tersebut adalah: Pseudomonas, Proteus Achromobacter, Terratia, dan Elostridium.

Selama ikan masih dalam keadaan segar, bakteri-bakteri tersebut tidak mengganggu. Akan tetapi jika ikan mati, suhu badan ikan menjadi naik, mengakibatkan bakteri-bakteri tersebut segera menyerang. Segera terjadi pengrusakan jaringan-jaringan tubuh ikan, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan komposisi daging yang kemudian mengakibatkan ikan menjadi busuk.

Bagian-bagian tubuh ikan yang sering menjadi target serangan bakteri adalah : Seluruh permukaan tubuh, Isi perut, dan Insang.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan


Ikan yang ditangkap dengan alat trawl, pole, line, dan sebaginya akan lebih baik keadaannya bila dibandingkan dengan yang ditangkap menggunakan gill-net dan long-line. Hal ini dikarenakan pada alat-alat yang pertama, ikan yang tertangkap segera ditarik di atas dek, sedangkan pada alat-alat yang kedua ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan terendam agak lama di dalam air. Kondisi ini menyebabkan keadaan ikan sudah tidak segar sewaktu dinaikkan ke atas dek.

Reaksi Ikan Menghadapi Kematian

Ikan yang dalam hidupnya bergerak cepat, contoh tongkol, tenggiri, cucut, dan lain-lain, biasanya meronta keras bila terkena alat tangkap. Akibatnya banyak kehilangan tenaga, cepat mati, rigor mortis cepat terjadi dan cepat pula berakhir. Kondisi ini menyebabkan ikan cepat membusuk.

Berbeda dengan ikan bawal, ikan jenis ini tidak banyak memberi reaksi terhadap alat tangkap, bahkan kadang-kadang ia masih hidup ketika dinaikkan ke atas dek. Jadi masih mempunyai banyak simpanan tenaga. Akibatnya ikan lama memasuki rigor mortis dan lama pula dalam kondisi ini. Hal ini menyebabkan pembusukan berlangsung lambat.

Kecepatan pembusukan berbeda pada tiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimia ikan. Ikan-ikan yang kecil membusuk lebih cepat dari pada ikan yang lebih besar.

Keadaan Fisik Sebelum Mati

Ikan dengan kondisi fisik lemah, misal ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur lebih cepat membusuk.

Keadaan Cuaca

Keadaan udara yang panas berawan atau hujan, laut yang banyak bergelombang, mempercepat pembusukan.
Penurunan mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan ikan menjadi lembek.

Penyuluh Bantu, Peran Dan Fungsinya Untuk Nelayan

Pada dasarnya penyuluhan perikanan adalah merupakan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kapasitas kemampuan para pelaku utama dan/atau pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan untuk mengorganisasikan dirinya dalam mengembangkan bisnis perikanan untuk meningkatkan  pendapatan dan kesejahteraannya dengan tetap memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup. 

Dalam implementasinya telah ditempuh berbagai kebijakan Penyuluh perikanan yang salah satunya melalui revitalisasi penyuluhan perikanan dengan menata kembali sistem kelembagaan penyuluhan perikanan. Untuk itu diperlukan tenaga penyuluh perikanan mumpuni dalam rangka menggerakan pembangunan bidang kelautan dan perikanan sehingga target indikator kinerja utama dinas yang telah ditentukan dapat tercapai. Maka peranan dari penyuluh Bantu sangat di perlukan.

Keberadaan Penyuluh Perikanan Bantu berkolaborasi dengan Penyuluh Perikanan PNS. Dalam melaksanakan program dan kegiatan Kementrian Kelautan dan Perikanan memberikan arahan dan petunjuk Teknis yang jelas untuk Penyuluh di daerah, maupun melaksanakan program dan kegiatan dinas. 

Masing-masing Penyuluh Perikanan Bantu mendampingi kelompok pelaku utama/usaha perikanan dalam melakukan usahanya baik pemdampingan penerapan teknologi, penguatan kelembagaan, akses pasar dan permodalan.

Seperti Pemerintah Kabupaten Pasuruan saat ini telah mempunyai Petugas Penyuluh Perikanan PNS dan penyuluh Bantu ditempatkan di wilayah sentra-sentra produksi perikanan. Pada tahun 2016 sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 64A/KEPMEN-KP/SJ/2016 tentang Penyuluh Perikanan Bantu Tahun 2016 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan mendapatkan tambahan Petugas Penyuluh Perikanan Bantu dari Badan Pengembangan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan sebanyak 13 Penyuluh bantu terdiri Penyuluh Perikanan Bantu untuk mendampingi program perikanan budidaya sebanyak 4.  program perikanan tangkap 2, program garam rakyat 4, dan program pendamping penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan 3.

Adapun tugas-tugasnya adalah sebagai berikut :
Menyusun information potensi wilayah kerja, berupa : monografi wilayah, tingkat penerapan teknologi, komoditas unggulan spesifikasi lokasi, serta keragaan pelaku utama/usaha dan kelompok perikanan;
Membantu penumbuhan, penguatan, dan pengembangan kelompok perikanan di wilayah kerja;
Menyusun materi penyuluhan perikanan sesuai kebutuhan sasaran penyuluhan;
Membantu meningkatkan kapasitas pelaku utama/usaha perikanan;
Membantu meningkatkan akses pelaku utama/usaha perikanan terhadap informasi pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan;
Membantu mewujudkan usaha perikanan principle possible dan bankable;
Membantu meningkatkan produktifitas dan skala usaha pelaku utama/usaha; dan
Membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama/usaha.



Keberadaan Penyuluh Perikanan Bantu berkolaborasi dengan Penyuluh Perikanan PNS. Dalam melaksanakan program dan kegiatan Kementrian Kelautan dan Perikanan memberikan arahan dan petunjuk Teknis yang jelas untuk Penyuluh di daerah, maupun melaksanakan program dan kegiatan dinas. Masing-masing Penyuluh Perikanan Bantu mendampingi kelompok pelaku utama/usaha perikanan dalam melakukan usahanya baik pemdampingan penerapan teknologi, penguatan kelembagaan, akses pasar dan permodalan.

Kabupaten Pasuruan mempunyai potensi kelautan dan perikanan principle cukup besar, Terdiri perikanan budidaya dengan luas tambak 4515 hektar dan luas Kolam 101 ha, perikanan tangkap dengan panjang pantai 48 ha, jumlah nelayan  8075 KTP dan  perikanan 4030 unit, olahan hasil perikanan. Sejalan dengan potensi tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan kelompok usaha kelautan dan perikanan di Kabupaten Pasuruan cukup pesat, ini menggambarkan bahwa  minat masyarakat untuk terjun ke usaha perikanan cukup besar, oleh karena itu diperlukan tenaga-tenaga penyuluh principle handal dalam rangka pendampingan dan proses penumbuhan kelompok, baik kelompok pembudidaya ikan, kelompok pengolah dan pemasar hasil perikanan, kelompok nelayan, dan kelompok masyarakat pengawas.

Disisi lain perkembangan teknologi di bidang kelautan dan perikanan berjalan cukup pesat sebagai hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, namun informasi teknologi ini kurang cepat diterima oleh pelaku usaha perikanan di daerah. Seharusnya informasi perkembangan teknologi kelautan dan perikanan ini bisa cepat diadopsi. Banyak Juga inovasi Inovasi yang di temukan di dalam blog akan inovasi inovasi perikanan tangkap juga cukup tersedia.

Tuesday, January 10, 2017

Penanganan Penyakit Pada Ikan Lele | Budidaya Ikan Lele

Penanganan Penyakit pada Ikan Lele sebenarnya adalah penyakit yang sangat berbahaya terhadap keberlangsungan budidaya ikan lele. Baik Budidaya di kolam tanah maupun budidaya lele di kolam terpal. Dan apabila pembudidaya ikan lele dapat mengerti tentang bagaimana menangani dan mengobati nya sendiri maka Penanganan Penyakit pada ikan lele terasa lebih gampang penanganannya dan lebih murah dalam modalnya.


Penanganan Penyakit Pada Ikan Lele | Budidaya Ikan Lele

 
Cara membuat obat alami/tradisional.

a.      Ekstrak.

Ekstrak adalah obat alami dalam bentuk kering, kental atau cair yang dibuat dengan cara mengambil sari simplisia (bahan obat ) menurut cara yang cocok tanpa pengaruh cahaya matahari langsung. Wadah untuk menyari, merendam atau merebus simplisia bisa berupa panci stainlees atau toples kaca dan pengaduk dari kayu. Sedangkan simplisia yang digunakan berupa daun, buah, batang maupun rempang yang masih segar atau simplisia yang telah dikeringkan dan telah diawetkan sebelumnya.

Salah satu cara ekstraksi yang biasa dilakukan adalah dengan cara memasak air sampai mendidih, kemudian simplisia direbus selama sekitar 30 menit. Selanjutnya bahan rebusan tersebut disaring dengan kain atau kawat kasa. Setelah itu air rebusan di panaskan lagi sampai mengental, dan didinginkan.

Ekstrak ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat dalam bentuk serbuk atau dalam bentuk salep/krim atau dapat juga digunakan langsung untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian maupun pengusapan/oles dengan cara mencampur dengan air bersih sesuai dosis yang dianjurkan.

b.      Obat serbuk     

Obat serbuk dibuat dengan cara mencampur ekstrak kental dengan saccarum lactis ( gula susu), sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan yang dapat dibentuk lempengan. Selanjutnya lempengan tersebut di jemur sampai kering lalu digiling dan hasil gilingannya disaring dengan kawat kasa sehingga didapatkan serbuk halus yang berukuran seragam.

Obat serbuk ini dapat digunakan untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian, pengolesan dan pengobatan melalui pakan.

c.       Obat oles ( krim/ Lulur )

Obat oles biasanya berupa salep yang merupakan campuran minyak tumbuhan dengan bahan-bahan yang telah berbentuk ekstrak. Minyak tumbuhan yang digunakan untuk mencampur adalah minyak kelapa atau minyak zaitun dicampur bahan pengemulsi(emulgator) seperti gom arab, acacia dan tragacanth. Pembuatannya dilakukan dengan cara mencampur, minyak, ektrak kental dan emulgator dengan perbandingan 2 : four : 1 diaduk dengan cepat hingga menjadi bentuk krim emulsi. Pembuatan obat oles ini tidak boleh dipanaskan karena dapat memisahkan minyak dan air yang telah bercampur. Krim atau lulur ini dapat digunakan untuk pengobatan luka atau borok yang terinfeksi bakteri atau parasit. Dengan cara dioleskan tepat pada bagian yang luka.

d.      Ramuan

Ramuan adalah campuran berbagai macam bahan obat-obatan segar atau yang telah diawetkan untuk mengobati penyakit tertentu, sehingga perbandingan jumlah bahannya disesuaikan dengan kebutuhan kandungan bahan kimia dalam bahan yang akan digunakan. Cara pembuatanya, semua bahan dirajang kecil-kecil kemudian direbus hingga air rebusan tersisa separuhnya. Air rebusan tersebut selanjutnya digunakan untuk pengobatan.

OBAT KIMIA

Obat-obatan kimia yang lazim digunakan dalam pengobatan penyakit ikan banyak sekali jenisnya. Ada yang berbentuk serbuk ada pula yang berbentuk cairan. Semuanya merupakan bahan kimia. Berdasarkan sifatnya jenis-jenis obat obatan tersebut dapat dikelompkan menjadi  obat anti biotik, desinfektan , insektisida obat oles dan obat obat lain.

a.      Obat serbuk

Umumnya obat antibiotik digunakan untuk penyakit bakterial yang diaflikasikan dengan cara perendaman, penyuntikan maupun pengobatan melalui pakan. Contoh obat antibiotik adalah Tetrasiklin. Kemisitin, oksitetracyclin hcl, streptomisin, sulfamerizin sulfanomid.

b.      Obat oles

Obat oles yaitu obat- obatan yangdigunakan manusia terutama untuk mengobati luka luka. Obat ini berbentuk cairan, penggunaannya dalam pengobatan ikan harus diencerkan dahulu hinga sepuluh kali. Cara penggunaannya dioleskan dengan bantuan kapas tepat pada luka ditubuh ikan yang terinfeksi penyakit bakterial atau parasit lainnya yang bisa menyebabkan luka atau borok pada tubuh ikan. Contohnya adalah obat merah ( jodium tinktur, mercurochrome ) kecuali itu ada lagi bedak communicate yang penggunaannya juga dioleskan, terutama untuk melepaskan jenis ektoparasites seperti argulus sp, yang menempel ketat pada tubuh ikan.

c.       Obat- obat lain

Justru obat- obatan inilah yang paling sering dimanfaatkan dalam pengobatan lele dumbo, sebagian besar berbentuk serbuk, bersifat racun, dan harganya relatif mahal. Obat ini mudah diperoleh ditoko- toko kimia atau di afotik. Obat – obat dimaksud yang sudah dikenal luas adalah malchyt green, methyline blue, cooper sulfat, PK, rivanol, bromex, formalin, Hcl quinine, Chinine trifaplafin, garam amonia dan kalium bikromat.

JENIS  PENYAKIT LELE DUMBO

Bila dilihat berdasarkan biotaksonominya, parasit penyebab penyakit pada lele dumbo, digolongkan dalam dua golongan yaitu zoo-parasites dan Phytoparasites.

Zoo parasites.

Parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia hewan   ( animal country) diantaranya sebagai berikut.


Cyclochaeta atau lebih dikenal dengan Trichodina, berkembang biak dengan cara membelah diri dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Bagian bawahnya terdapat mulut yang dilingkari suatu alat dari zat kitin berjumlah 20 – 30 buah, berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh atau insang, sekaligus sebagai alat pengisap. Parasit ini sering menempel pada lele yang telah terjangkit parasit lain. Bagian badan yang diserang  menjadi pucat, terkadang disertai dengan pendarahan. Bagian tubuh yang terinfeksi banyak mengeluarkan lendir

Siklus hidup

Berdasrkan siklus hidupnya ,cyclochaeta termasuk parasit onligat yaitu selama hidupnya berfungsi penuh sebagai parasit dan tidak pernah melepaskan diri dari inangnya ( ikan ) sehingga parasit ini tidak bisa hidup tanpa ikan. Penularannya akan terjadi apabila ada kontak langsung antara ikan yang terjangkit dengan ikan sehat

Gejala infeksi

Tubuh lele dumbo bagian luar yang terkena infeksi menjadi pucat, banyak mengeluarkan lendir, serta kemerah merahan karena terjadi pendarahan. Warna tubuh pucat dan tingkah laku tidak normal   ( ikan menjadi lemah terjadi penurunan berat tubuh, terjadi iritasi pada kulit )

Pencegahan       : Memelihara kondisi lingkungan, Kolam didesinfekstan sebelum penebaran ikan. Kalau memungkinkan, copepoda harus dihambat agar tidak masuk kekolam. Populasi lele dumbo dijaga serendah mungkin, makanan harus tersedia dalam jumlah dan mutu yang cukup

Bintik Putih (white spot)

Parasit ini sering dijumpai pada lele dumbo dan terlihat seperti bintik- bintik putih sehingga disebut penyakit bintik putih ( White spot). Parasit tersebut menyerang lele dumbo secara berkelompok membentuk koloni yang bersarang pada lapisan lendir kulit, sirip hingga lapisan insang.

Parasit yang dapat menyebabkan pendarahan ini termasuk protozoa yang sangat ganas, sesuai namanya ichtioptirius berarti penghancur ikan, yang mampu berkembang biak dalam waktu yang sangat singkat.

Siklus hidup

Didaerah tropis siklus hidup nya lebih pendek dari pada didaerah sub tropis ( sedang) . Metabolismenya sangat cepat pada suhu yang hangat sehingga perkembang biakannya pun pesat sekali. Penyakit

Bintik putih agak sulit diberantas karena pada tahap parasiter hidup terbungkus selaput sel lendir ikan. Larutan obat tidak akan meresap mengenai parasit tanpa merusak selaput lendir ikan. Namun demikian cara memutuskan siklus hidupnya, parsit ini dapat diberantas secara efektif.

         Siklus hidup Ichtyoptihirius multifilis dibagi menjadi empat fase yaitu :

1.  Fase parasiter , ketika hidup pada ikan
2. Fase pra kista : Setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapia belum membentuk kista
3. Fase kista : Selama terjadi proses membelah diri, terbungkus dinding lendir  melekat padaa suatu bendda didalam air.

4. Fase paskakista : Berupa benih- benih parasit yang baru keluar dari kista.

         Pada fase parasiter parasit ini melekat padad tubuh ikan selama lebih kurang eight hari, setelah itu melepaskan diri dan hidup bersifat planktonis ( melayang-layang) didalam air untuk beberapa saat lamanya. ( fase prakista). Saat itulah kesempatan paling tepat untuk mengobati lele yang sakit sekaligus membunuh parasit. Kesempatan kedua terjadi pada saat parasit baru keluar dari kista dan masih berupa benih parasit ( fase paskakista)

Gejala Infeksi

Bagian tubuh lele dumbo yang menjadi sasarannya adalah sel- sel pigmen, sel- sel darah, dan sel- sel lendir. Bila yang diserang bagian kepala, terutama permukaan insang, lele dumbo biasanya megap- megap seperti sesak nafas, lama kelamaan mati. Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan lele gatal- gatal, jika serangan
menghebat tak jarang terjadi pendarahan. Sering juga terjadi lele dumbo yang diserang penyakit bintik putih banyak mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, serta pertumbuhannya lambat.Terjadi iritasi, lele menggosok gosokan tubuhnya ketepi kolam. Pada lele dumbo yang terinfeksi lebih lanjut, akan terlihat meloncat loncat kepermukaan air dan megap megap untuk mengambil udara, nafsu makan berkurang, terjadi perubahan warna, geraka nmenjadi lamban dan tidak responsip terhadap rangsangan.

Penyakit bakteri

 Aeromonas ( Bercak merah)

Bakteri Aeromonas termasuk patogen terhadap ikan. Dari genus aeromonas terdapat three spesies yaitu Aeromonas punctata, Aeromonas Hydrophilla  dan Aeromonas liquifaciens.
29

Terlepas dari adanya perbedaan dalam hal klasifikasi, yang jelas bakteri terdapat di dalam tanah maupun didalam alat pencernaan ikan. Habitatnya adalah air tawar terutama yang mengandung kadar bahan organik tinggi. Khusus bakteri Aeromonas hydrophilla biasanya merupakan
penyerang kedua setelah terinfeksi parasit lain ataujika ikan menderita strain.

Gejala Infeksi

Ikan  lele yang terserang bakteri Aeromonas warna tubuhnya berubah menjadi gelap, kulitnya kesat karena kehilangan banyak lendir diikuti pendarahan dan luka/borok. Selain itu ikan berenang sangat lemah , napasnya megap- megap,sering timbul atau menggantung  dipermukaan air. Bila menyerang organ dalam biasanya ginjal dan limpanya bengkak atau terkadang terjadi pendarahan
Faktor penunjang : Kualitas air buruk, terutama bila bahan organik tinggi karena perubahan musim. Temperatur air berfluktuasi tinggi antara siang dan malam serta kadar oksigen sangat rendah.

 Pencegahan      
 -       Sanitasi air dan wadah/kolam.
-           Desinfeksi peralatan
-           Karantina ikan yang baru

Phyto-parasites

Phyto- parasites adalah parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia tanaman ( plant country ). Dari golongan phyto parasites terdapat dua genus jamur ( fungi) yang paling dikenal didunia perikanan yaitu jamur achliya dan saprolegnia.
Kedu parasit ini memiliki bentuk yang hampir sama yaitu menyerupai benang- benang halus. Jamur achliya dan saprolegnia cukup berbahaya bagi benih dan telur ikan. Ikan dewasa yang badannya mengalami luka fisik juga akan mudah menjadi mangsa parasit ini.

Siklus hidup

Meskipun siklus jamur ini belum diketahui secara pasti, tetapi wabah achliya dan saprolegnia umumnya terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan organik terutama bila sedang terjadi proses pembusukan. Dalam keadaan suhu relatif rendah, serangannya juga bisa menghebat. Ikan yang tubuhnya lemah atau menderita luka akibat  terkena serangan parasit lain akan cepat dijangkiti jamur ini sebagai infeksi kedua.

Gejala infeksi

Ciri khas akibat serangan jamur pada badan lele dumbo terdapat benang – benang halus berwarna putih seperti kapas. Kalau tidak segera ditangani lama kelamaan lele dumbo menjadi kurus dan akhirnya mati karena jamur mampu menerobos kulit bagian dalam terus masuk keotot daging bahkan sampai ketulang. Sasaran penyakit jamur bukan saja benih atau ikan dewasa tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. 

Penyerangan terjadi terutama pada lele yang sebelumnya sudah terjangkit parasit lain atau mengalami luka fisik sehingga penyerangan jamur ini merupakan infeksi kedua. Mewabahnya penyakit ini sering terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi pembusukan. Serangannya sangat menghebat bila terjadi penurunan suhu air. Semoga dalam kesempatan ini artikel ini bisa membantu para petani dan pembudidaya lele dan untuk komunitas penyuluh silahkan untuk mengunjungi blog penyuluh perikanan ini.